Jumat, 13 Maret 2015

BANGGA DENGAN HUTAN INDONESIA SEBAGAI PARU PARU DUNIA

JAKARTA, 13 MARET 2015
Admin :
Saat ditemui di sela-sela roadshow deklarasi "PenjagaMataAir kemarin tanggal 11 Maret 2015 di GOR Kota Tangerang sutradara Gunawan Paggaru sempat menyampaikan didepan ribuan relawan #PenjagaMataAir bahwa dia Bangga dengan Hutan Indonesia karena Hutan Indonesia adalah Paru paru dunia. dan inilah misi Gunawan Paggaru yang akan menghadiri Canada International Film Festival di Vancouver tanggal 11 April nanti karena filmnya "Danum Baputi - Penjaga Mata Air masuk sebagai salah satu nominasi dalam kategori film Lingkungan dari 30 negara peserta.

Melihat pelajar yang begitu antusias mengikuti deklarasi, Gunawan Paggaru mengucapkan rasa syukurnya karena kepada merekalah harapan itu harus dipupuk. Dan mudah-mudahan film ini memotifasi mereka. menginspirasi mereka untuk terus peduli kepada sumber mata air kita yang setiap tahun semakin menyusut.

Menyinggung soal keikutsertaan Danum Baputi di festival film inertansional di Canada. "Saya bersyukur karena ini kesempatan kita untuk menyampaikan pada dunia bahwa Indonesia jangan dicap sebagai bangsa yang tidak peduli lingkungan karena memang kita masuk dalam urutan ke tiga hutannya yang paling rusak setelah Brazil" ucap Gunawan. "Karena dalam film ini saya gambarkan bagaimana sekelompok masyarakat yang begitu konsisten menjaga hutan adat mereka agar tidak dirusak oleh pengusaha yang ingin merubahnya menjadi perkebunan kelapa sawit" tambahnya.

Menurut salah satu crew film ini tidak hanya di Canada tapi juga di Paris kemarin film ini juga ikut sebagai patisipan, juga di Melbourn. Pada tanggal 11 April nanti Gunawan Paggaru bersama dengan 11 orang akan hadir di Vancouver.

Tanggal 26 Maret 2015 film ini akan tayang di Cinema XXI. "Menonton film ini berarti anda sudah ikut peduli dengan hutan Indonesia yang setiap tahunnya terjadi penyusutan 1.1 jt hectar. Sumber mata air ribuan yang rusak setiak tahunnya. Tunjukkan kepedulian anda lewat aksi menonton film ini" kata Gunawan Paggaru menutup percakapan kami.

Jumat, 06 Maret 2015

Jovita Sebulan Terisolasi di Hutan karena Danum Daputi

sumber : http://celebrity.okezone.com/read/2014/11/10/206/1063246/jovita-sebulan-terisolasi-di-hutan-karena-danum-daputi

BOGOR – Runner-up 1 Miss Indonesia 2013, Jovita Dwijayanti harus rela terisolasi satu bulan di hutan tanpa alat komunikasi selama menjalani proses syuting film Danum Baputi.

"Hampir selama satu bulan saya tinggal di hutan, tanpa sinyal dan handphone enggak bisa komunikasi dengan siapa-siapa," kata Jovita saat konferensi pers film Danum Baputi di JungleFest, Bogor, Jawa Barat, Minggu 9 November 2014.
 
Namun, Jovita tetap merasa bersyukur bisa lebih dekat dengan alam ,dan lebih cinta dan mengapresiasi alam meski tanpa adanya teknologi. Dia pun semakin ingin menjaga alam yang sekarang ini kondisinya banyak yang memprihatinkan.
 
"Saya juga lebih bisa mendalami peran saya karena saya ngerasa seperti orang suku yang tak berteknologi, semua seadanya, dan jalan pakai sandal jepit di tengah hutan, dan itu luar biasa," ungkapnya.
 
Jovita juga mengalami momen berkesan selama syuting, yaitu saat mendapatkan kejutan ulang tahun di tengah-tengah proses syuting.
 
"Saya dikasih surprise sama crew tengah malam, saat itu syuting belum selesai. Saya sudah ngerasa capek banget, dan mereka juga lebih capek. Tapi mereka masih ada usaha untuk kasih surprise buat saya, saya senang banget, dan mereka sudah saya anggap keluarga," tandasnya.
(Edi)

Senin, 02 Maret 2015

41 Juta Hektar Hutan Nasional Rusak Akibat Pembalakan Liar

sumber : http://www.rmol.co/read/2012/11/24/86712/41-Juta-Hektar-Hutan-Nasional-Rusak-Akibat-Pembalakan-Liar-
Kerusakan Lingkungan Mengundang Bencana Alam
Sabtu, 24 November 2012 , 09:06:00 WIB

RMOL.Kerusakan hutan Indonesia akibat kegiatan illegal logging maupu illegal mining semakin luas. Sampai saat ini, dari 130,68 juta hektar hutan nasional, 41 juta hektar hutan menjadi gundul.
Akibat dari illlegal logging alias pembalakan liar saja negara di­tak­sir mengalami kerugian tri­liunan rupiah. Hal tersebut di­ungkapkan Direktur Jenderal Per­lindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Darori kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Di delapan provinsi saja sejak 2004-2012 terjadi 2.494 kasus pembalakan liar untuk lahan perkebunan dan pertambangan ilegal. Akibat illegal logging saja ne­­gara berpotensi merugi  Rp 276,4 triliun,” katanya.
Dikatakan, tren kasus illegal log­ging mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya. Bila pada tahun lalu 2.000 kasus, tahun ini 100 kasus. Hal tersebut juga berimbas pada kerusakan hutan pada tahun 1998-2002 se­luas 3,5 juta ha per tahun meng­alami penurunan di tahun 2010-2011 menjadi 320 ribu ha per tahun.

Anak buah Zulkifli Hasan ini mengklaim, hal tersebut tak lepas dari upaya pemerintah yang terus menekan kasus pembukaan ka­wasan hutan secara ilegal me­lalui proses penegakan hukum.
Kemenhut juga meng­inten­sifkan pemerik­sa­an ter­ha­dap oknum-oknum yang terin­dikasi melakukan perambahan hutan secara ilegal. Sudah banyak pe­laku pembalakan liar yang diusut dan disidangkan. “Seti­daknya kami sudah menyidik 67 kasus terkait pelanggaran hutan,” ung­kapnya.
Untuk menangani kasus keru­sakan lingkungan dalam skala lebih besar, Kemenhut memben­tuk tim gabungan yang di da­lamnya terdapat unsur penegak hukum. “Keseriusan pemerintah me­mbasmi kerusakan hutan juga melibatkan KPK, Polri, dan Ke­jaksaan,” ucapnya.
Kepala Hubungan Masyarakat Kemenhut, Sumarto menambah­kan, selain upaya penindakan, da­lam menangani kasus kerusakan hutan, lembaganya juga gencar me­lakukan pencegahan. Salah sa­tunya dengan mengadakan pro­gram penanaman satu juta pohan.
Tahun lalu Kemenhut sudah melakukan penanaman 1,5 juta pohon, dan pada tahun ini diha­rap­kan bisa ditingkatkan, se­hing­ga dalam kurun waktu 25 sampai 30 tahun Indonesia kem­bali hijau.
Program itu dilakukan atas dasar perhitungan potensi keru­gian negara yang besar akibat ille­gal logging dan illegal mi­ning.  Tidak hanya dari sisi eko­nomi, melainkan juga ekologi yang ni­lainya kerugiannya tidak bisa di­ukur oleh uang.
“Kalau satu hektar ada seribu po­hon, dan satu pohonnya dihar­gai Rp 300.000, maka hanya Rp 300 juta kerugian per hektar. Tapi bila akibat illegal logging itu sampai terjadi banjir dan me­nim­bulkan wabah penyakit be­rapa tentu sangat besar,” papar­nya.
Terpisah, Kepala Biro Pene­rangan Masyarakat Divisi Hu­mas Polri, Brigjen Boy Rafli Amar mengaku terus memburu pelaku kejahatan illegal logging. Bahkan, sepanjang tahun 2012, pihaknya sudah mengamankan ri­­buan meter kubik. “Kami meng­­gelar operasi hutan lestari. Belum lama ini di Ka­limantan, be­kerja sama dengan dinas kehu­tanan,” katanya.
Sekalipun pembalakan liar saat ini masih marak terjadi, tidak menyurutkan semangat Polri untuk memberantasnya. Salah satunya melalui program Patroli Multi Sasaran (PMS).
Berantas Pembalak Tanpa Iming-iming Uang
Agus Purnomo, Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim
Untuk memberantas kasus pembalakan liar, pemerintah te­lah menerbitkan aturan berupa In­pres No 10/2011 mengenai pe­nun­daan izin tebang hutan se­mentara selama dua tahun untuk ka­wasan hutan primer dan gambut.
“Moratorium ini murni inisiatif Indonesia tanpa paksaan dari ne­gara lain atau iming-iming uang.”
Rugulasi tersebut merupakan langkah awal kebijakan peme­rintah untuk mengelola hutan le­bih baik dan efektif.  Selama ini, Indonesia ikut berpartisipasi da­lam penurunan karbon dan gas emi­si rumah kaca dipersepsikan karena iming-iming pendanaan se­banyak 1 miliar dolar AS atau­pun proyek besar antar nega­ra. ”Padahal tidak ada proyek be­sar sama sekali, uang itu akan ada jika pengurangan emisi terjadi.”
Fasilitas pembayarannyapun harus diverifikasi dan diukur pi­hak ketiga. Jika memang ada pe­rubahan rencana kerja dan ter­bukti bisa menurunkan emisi gas rumah kaca maka negara yang bersangkutan memang berhak mendapatkan pembayaran.
Sebagai contoh, Norwegia ber­peran sebagai negara yang bisa membayarkan uang tersebut ka­rena tidak bisa berkontribusi me­nurunkan emisi melalui hu­tan­nya.
Sementara sejumlah negara me­nolak membuat komitmen serupa. Contohnya, China tidak mau menurunkan emisi gas ru­mah kaca (GRK) selama negara maju lain tidak berkontribusi menurunkan emisi dalam jumlah yang lebih besar.
“Sedangkan Amerika tidak mau melakukan komitmen baik penurunan gas rumah kaca mau­pun menyumbangkan uang kepa­da negara yang bersedia melaku­kannya. “Jadi ini tidak bisa dipak­sakan.” terangnya.
Untuk diketahui, Indonesia berkomitmen bisa menurunkan emisi gas rumah kaca dan karbon sebanyak 26 persen pada 2020  dengan menandatangani morato­rium lahan gambut dan primer dengan kompensasi dana sebesar 1 miliar dolar AS.
Dunia Internasional Pantau Indonesia

E. Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi IV DPR
Hukuman kepada kejahatan illegal logging sangat ringan se­hingga tidak menimbulkan efek jera. Patut diduga hal tersebut dise­babkan adanya  kongkali­kong dengan oknum aparat pe­negak hukum.
“Kami sejak dulu mendesak agar hukuman pembalak liar diperberat. Selama itu tidak dilakukan hutan kita tak pernah aman.”
Salah satu upaya yang dila­kukan DPR adalah bekerja ke­ras segera merampungkan RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar (P3L). De­ngan aturan baru itu diharapkan bisa menekan kejahatan perusa­kan hutan.
Dalam pembahasan RUU  P3L itu juga disetujui tentang sta­tus hutan lindung, hutan in­dustri, dan semua ratifikasi kon­versi internasional tentang ling­ku­ngan hidup, dan money laundering.
Selain itu akan diatur pula  ma­salah pemberian penghar­gaan bagi petugas yang berjasa, pemberian sanksi pidana bagi pejabat daerah yang dianggap lalai, dan pemberian hukuman maksimal bagi pelaku illegal log­ging. “Nantinya aparat pene­gak hukum memiliki instrumen hukum yang kuat menjerat cukong-cukong yang selama ini tidak tersentuh.”
DPR memiliki alasan kuat supaya lembaga yang menjalan­kan fungsi P3L cepat terbentuk. Maraknya terjadinya kasus pene­bangan liar atau illegal log­ging itu sebagai akibat lemah­nya sis­tem pengamanan hutan di se­luruh daerah. Apalagi, tidak se­dikit kepala daerah yang mem­berikan izin secara sepihak bagi perusahaan perambahan hutan. “Makanya dalam setiap kasus-kasus illegal logging dan illegal mining tidak sedikit para bupati sampai gubernur yang berurusan dengan lembaga penegak hukum.”
Pembalakan hutan yang ter­jadi di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Masyarakat, petugas, dan pengusaha sedikit se­kali yang peduli terhadap dam­pak kegundulan hutan In­do­nesia.  Padahal, illegal log­ging merupakan tindakan keja­ha­tan luar biasa yang merugikan ma­syarakat, kelangsungan hi­dup jutaan hewan, dan memo­tong mata rantai kehidupan.
Kalau tidak cepat ditang­gu­langi akan datang kerugian dan bencana yang lebih besar, bukan hanya kayu-kayu yang dicuri, tapi lingkungan sekitar akan semakin hancur. Sungguh tra­gis, para mafia hutan yang men­da­patkan keuntungan, tapi ma­syarakat yang harus menang­gung keru­gian­nya.  Perlu biaya dan waktu lama untuk mengem­balikan kon­disi kerusakan alam akibat tindak pidana hutan kem­bali ke kondisi semula. “Du­nia inter­nasional terus memantau langkah Indo­ne­sia menangani masalah pem­balakan liar.”
Ekologi Rusak, Hutan Rusak
Zenzi Suhadi, Juru Kampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Walhi
Sekalipun Kemenerian Ke­hutanan sudah mengklaim laju kerusakan hutan di Indonesia menurun. Tapi, Wahana Ling­ku­ngan Hidup Indonesia (Wal­hi) menilainya masih sangat luas dan merugikan negara.
“Kegiatan pertambangan dan perkebunan illegal memberikan kontribusi terbesar atas kerusa­kan hutan di tanah air.”
Masih tingginya tingkat keru­sakan hutan itu sebagai dampak dari kemudahan dalam pembe­rian izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) untuk kepen­tingan bisnis pertambangan dan perkebunan.
Berdasarkan catatan Walhi, awal tahun ini saja Kemenhut mengeluarkan izin prinsip dan pinjam pakai kawasan hutan un­tuk 1.156 lokasi pertam­ba­ngan. Padahal lokasi tambang itu ber­status tumpang tindih dan ber­sing­gungan dengan kawasan hu­tan primer seluas 2,3 juta hek­tare. Kesan yang timbul adalah pe­­merintah bukan melindungi ekologi yang ada di dalam hutan tapi melindungi kawasan hutan­nya saja.
Padahal fungsi ekologi dalam hutan sangat penting. Sebab, bila ekologi rusak praktis hutan akan rusak pula. “Selama ini proyek-proyek rehabilitasi hu­tan yang didengungkan pe­merintah masih jauh dari ha­rapan.” [Harian Rakyat Merdeka]

Pembalakan Hutan Dalam Film Danum Baputi

Kalau kita membaca artikel di bawah dan menonton film Danum Baputi "Penjaga Mata Air" makan dalam film seakan anda melihat visualisasi kejadi dari tulisan yang nyata.
 
Kalimantanreview.com,
Pembalakan hutan baik legal maupun ilegal merupakan salah satu masalah serius yang mengancam kelestarian hutan Indonesia. Kerugian akibat pembalakan hutan tersebut sangat besar baik dari segi ekonomi, aspek lingkungan hidup, atau pun aspek kebudayaan masyarakat adat terutama sekali yang dirasakan oleh sekelompok masyarakat adat yang hidupnya sangat tergantung dengan keberadaan alam.

Berdasarkan hasil penelitian Greenpeace mencatat bahwa tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektar per tahun, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas pembalakan hutan (Johnston, 2004). Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukkan angka Rp 83 miliar per hari sebagai kerugian finansial akibat pembalakan hutan tersebut (Antara, 2004). Saking seriusnya dampak negatif akibat ilegal logging (baca pembalakan hutan) mantan Menteri Kehutanan, M. Prakosa menyamakannya dengan kejahatan yang dilakukan oleh kelompok terorisme.

Di Provinsi Kalimantan Barat belum terlalu banyak mengambil benang merah dari berbagai peristiwa bencana alam yang tanpa henti telah melanda negeri ini. Bencana banjir terjadi terus-menerus serta selalu mengalami peningkatan dari sisi ketinggian air karena rusaknya hutan yang salah satunya disebabkan oleh aktivitas pembalakan hutan.

Hal ini terbukti, Senin (21/1) malam dan Rabu (23/1) siang lalu, tiga rakit yang mengangkut ribuan kayu yang disinyalir sebagai hasil dari pembalakan hutan berasal dari Kapuas Hulu ditangkap tim gabungan dan jajaran Polres Sintang, di perairan Sungai Kapuas, tepatnya di daerah Sungai Putih, Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Kecamatan Sintang. Dalam kasus ini Polres Sintang awalnya hanya menetapkan 33 warga sebagai tersangka.

Dalam perkembangannya, penahanan kayu serta penetapan tersangka tersebut belum mampu membuat jera para dalang (cukong) maupun pelaku langsung pembalakan hutan tersebut. Baru-baru ini, tim gabungan TNI, Polisi dan Polisi Kehutanan, Kamis (7/2) kembali menyita kayu yang kalau dijumlahkan dengan penyitaan kayu bulan-bulan sebelumnya di tahun 2008 mencapai 34.500 batang kayu bulat dan 2.500 batang kayu olahan serta menahan 800 orang yang membawa kayu tersebut (Kompas, 11 Februari 2008).

Dalam penanganan masalah pembalakan hutan tersebut pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sepertinya berada pada posisi kadang mau maju kadang pula harus mundur. Sekian banyak program yang sudah digagas, namun sampai saat ini belum menunjukkan titik cerah.

Menurut beberapa instansi terkait, penghentian pembalakan hutan baik legal ataupun ilegal bak buah si malakama di Provinsi Kalimantan Barat. Dimakan mati bapak, kalau tidak dimakan mati ibu. Artinya di sisi lain ingin mempertahankan kelestarian lingkungan, namun di sisi lain dengan alasan pendapatan daerah maka hutan masih jadi korban. Sangat dilematis. Hal ini diungkapkan oleh Kabid Humas Polda Kalimantan Barat, AKBP Suhadi. Menurutnya di satu sisi harus menegakkan hukum, di lain sisi masyarakat ingin kayunya dilepaskan (Borneo Tribune, 5 Februari 2008). Hal lain yakni persoalan perut dan kemiskinan yang sering dijadikan alasan mengapa tingginya tingkat pembalakan hutan tersebut semakin menambah dilematis dalam menyelesaikan dan menghentikan kasus pembalakan.

Pemecahan masalah menjadi semakin rumit dengan adanya indikasi di kalangan aparat penegak hukum yang masih saja bermain mata dengan pelakunya, demikian menurut Tobias Ranggi, Wakil Ketua Komisi C DPRD Provinsi Kalimantan Barat. Menurutnya bahwa kegagalan pemberantasan pembalakan liar karena banyaknya oknum yang justru melindungi sekaligus pelakunya (Pontianak Post, 5 Februari 2008).

Hal yang sama juga di kemukakan oleh Andel, SH., praktisi hukum. Andel mengatakan bahwa kalangan penegak hukum menjalankan tugas dan wewenangnya hanya dengan menangkap masyarakat yang menebang langsung kayu-kayu atas pesanan para cukong. Selama ini yang ditangkap hanya masyarakatnya saja, cukongnya tidak tersentuh sama sekali. Kalaupun ditangkap proses hukumnya tidaklah maksimal. Pelakunya dibebaskan saat proses di tingkat pengadilan pertama (Pontianak Post, 5 Februari 2008).

Kegiatan pembalakan hutan kini semakin terorganisir dan sistemik. Sedemikian parahnya dampak dari kegiatan pembalakan hutan ini, maka penanganannya pun seharusnya tidak bisa dilakukan setengah hati. Sanksi berupa hukuman berat seharusnya diberlakukan terhadap dalang dari segala aktivitas ini. Tidak hanya masyarakat saja yang selalu diproses tetapi lebih kepada mencari para cukong kayu tersebut. Sebab, tindakan ini dapat dikategorikan sebagai kriminal berskala besar yang merugikan negara.

Sayangnya, penegakan hukum di provinsi ini masih sangat lemah, dan pengawasan terhadap pengelola hutan masih kurang. Banyak aktivis lingkungan telah memberi masukan kepada pemerintah untuk menyelamatkan hutan Kalimantan yang katanya menjadi paru-paru dunia; misalnya pemerintah harus melakukan moratorium jeda tebang hutan, tetapi tak pernah digubris. Sekarang, kita tinggal menunggu panen bencana lingkungan itu.

Andika Pasti

Film Danum Baputi Kedepankan Isu Lingkungan Hidup

Sumber : http://www.planetwanita.com/index.php/entertainment/film/153-film-danum-baputi-kedepankan-isu-lingkungan-hidup
Ditulis oleh  Agus "Blues" Asianto Kamis, 20 November 2014 13:19

Planetwanita.com, Jakarta – Sejatinya rakyat Indonesia bisa berbangga hati memperoleh julukan sebagai paru-paru dunia, bila melihat luas hutan yang 52,3 persen dari luas wilayahnya, yakni sebesar 99.6 juta hektar. Namun demikian hutan Indonesa yang terus mengalami penyusutan 1.100.000 hektar tiap tahunnya, lantaran laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 hektar per tahun, dan berimbas kepada populasi spesies air tawar yang harus berkurang sekitar 50 % antara tahun 1970-2000.

Sehingga muncul kerusakan hutan dunia terbesar yang terjadi di Indonesia dan kekhawatiran dengan tingkat kerusakan yang tinggi justru tumbuh dan berkembang di paru-paru dunia ini.

Berangkat dari rasa kepedulian dan ingin ikut andil dalam menyelamatkan hutan Indonesia, penulis naskah sekaligus produser dari Film Danum Baputi, R. Yayank NN menuturkan, mencoba mengkisahkan lewat jalan film kerusakan hutan khususnya sumber mata air yang semakin berkurang. "Supaya filmnya bisa diterima dan menjadi tontonan yang menarik, saya harus menyampaikan dramatologinya dibalut percintaan dan dibumbui eksyennya," papar Yayank kepada Planetwanita.com saat aksi tanam pohon bersama Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan Siti Nurbaya, di Desa Cikeas Udik, Sabtu (15/11) siang silam.

Selanjutnya pemilik Sa'Villa Production, Yayank menambahkan, walaupun filmnya bertemakan permasalahan lingkungan hidup, tak sepenuhnya penyampaikan informasinya perihal kerusakan hutan. "Sebab saya harus menyadari kalau tontonannya harus mampu menghibur penontonya.

Makanya saya harus pandai gimana caranya film Danum Baputi bisa menjadi tontonan yang menghibur tapi juga sarat dengan misi edukasi tentang lingkungan hidup," paparnya mengakui kalau film Danum Baputi telah didaftarkan ke kancah FFI, Festival de Films Ethnographiques de Montreal serta Festival Film Lingkungan di Perancis.

Film Danum Baputi sendiri bercerita tentang sekelompok masyarakat Desa Tekuwah yang berada di pedalaman Kalimantan dan masih peduli dengan lingkungannya, peduli dengan hutan adat mereka. Maka lewat tangan Danum (Jovita Dwijayanti) bersama warga desa mempertahankan agar tidak dirusak hutan dan mata airnya. Sedangkan para pemain lainnya, yakni; Reiner Manopo, Billy Bodjanger, Raditya Agung, Arif Rahman, Yati Surachman.

"Jadi film ini mengangkat persoalan mata air. Air jika tidak dijaga maka dia akan jadi musibah. Sudah berapa banyak sumber mata air saat ini sirna. Dan berapa juta manusia tidak dapat menikmati air bersih karena kecerobohan kita." Tegas Yayank.
Syuting Ramah Lingkungan
Sementara terhadap Film Danum Baputi yang mengedepankan isu lingkungan, Gunawan Paggaru membenarkan, kalau filmnya ini punya tantangan tersendiri bagaimana menjadikan film yang punya kesan dokumenter menjadi film komersil. "Jadi tantangannya bagaimana menjual film ini. Sebabkan saya berteriaknya kalau film ini mengangkat isu lingkungan dibumbui drama percintaan. Bukan sebaliknya film bertemakan cinta dibalut isu lingkungan," papar sutradara yang pernah menggarap film Issue, Syahadat Cinta dan Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji.

Tantangan lainnya, ia yang pernah meraih editor terbaik dalam film Api Cinta Antonio Blanco, Gunawan menceritakan, kalau selama syuting selalu menekankan kepada semua yang terlibat dalam film Danum Baputi untuk tidak meninggalkan sampah, mencemari lingkungan. "Karena tahu sendiri kebanyakan pekerja film di saat syuting selalu kayak menyampah atau merusak lingkungan. Apalagi saat syuting kita selalu mendapat pengawalan dari petugas Polisi Kehutanan," paparnya. Bahkan tambah Gunawan, "Saya berani memastikan kalau selama kegiatan syuting mengedepankan prilaku ramah lingkungan."

Official Trailer Danum Baputi: http://youtu.be/WNXILzn6wJQ

Jovita Dwijayanti Blusukan Tanam Pohon Di Cikeas Udik

sumber : http://www.tribunnews.com/seleb/2014/11/18/jovita-dwijayanti-blusukan-tanam-pohon-di-cikeas-udik
Selasa, 18 November 2014 00:05 WIB
Jovita Dwijayanti dan pemeran film Danum Baputi Blusukan Tanam Pohon Di Cikeas Udik 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sa’Villa Production dalam memperkenalkan film Danum Baputi (Penjaga Mata Air) garapan sutradara Gunawan Paggaru bisa dikatakan unik.
Pasalnya, mereka yang terlibat dalam film ini bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ibu Siti Nurhayati melakukan aksi tanam pohon dan nonton bareng masyarakat Desa Cikeas Udik, Cileungsi, Kab. Bogor.
“Buat saya dengan adanya kegiatan ini sungguh punya manfaat. Karena kita bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan,” ungkap Jovita Dwijayanti pemeran utama yang bernama Danum, Sabtu (15/11/2014).
Film yang mengedepankan tema lingkungan hidup bercerita tentang sekolompok masyarakat pedalaman di Kalimantan yang masih peduli akan lingkungannya, peduli dengan hutan adat serta menjaga sumber mata air.
Namun ternyata sejalan kemajuan jaman tidaklah mudah untuk mempertahankan dengan hadirnya masyarakat perkotaan yang ingin membuka hutan unuk dijadikan lahan perkebunan.
“Karena film ini punya misi dengan persoalan lingkungan hidup. Makanya saya enjoy and happy untuk ngikuti gaya promo ini. Sebelum kita juga gelar aksi bersih Sungai Cisadane,” tutur Jovita.
Selain kegiatan siang hari diisi dengan aksi tanam pohon buah-buahan, Jovita menceritakan, pada saat nonton bareng masyarakat Cikeas Udik berusaha untuk memberikan pentingnya menjaga pelestaran alam.

Minggu, 01 Maret 2015

Selamatkan Hutan dan Sumber Daya Air Lewat `Danum Baputi`



sumber : http://showbiz.liputan6.com/read/2131566/selamatkan-hutan-dan-sumber-daya-air-lewat-danum-baputi
By
on

Liputan6.com, Bogor Tak banyak film yang berani mengangkat tema soal lingkungan hidup. Misi sosial mengajak masyarakat kembali peduli terhadap kerusakan lingkungan, biasanya menjadi tema untuk film pendek dan dokumenter.

Terobosan baru justru dilakukan oleh Sa'Villa Production bekerjasama dengan Ully Sigar Association yang memilih untuk mengingatkan masyarakat tentang pelestarian lingkungan melalui film berjudul Danum Baputi.

"Memang misi utamanya film ini dapat menjadi media sosialisasi tentang kepedulian terhadap alam," ucap R Yayank NN selaku produser dan penulis skenario film `Danum Baputi` di Jungle Fest, Bogor, Jawa Barat, Minggu (10/11/2014) malam.

Menurut dia, film tersebut dikemas secara modern dan tidak monoton. Ada bumbu drama percintaan dan tragedi yang diselipkan dalam film yang terdaftar di Festival Film Internasional 2015 di Kanada dan Perancis itu.

"Danum Baputi merupakan langkah awal untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menyelamatkan hutan kita melalui peredaran ke berbagai kota, daerah bahkan pelosok negeri ini," jabar R Yayank NN.

Film `Danum Baputi` bercerita tentang sekelompok masyarakat di pedalaman Kalimantan yang masih sangat peduli dengan lingkungan, budaya dan adat istiadat. Karena itu, mereka berusaha mati-matian untuk menjaga hal tersebut agar tidak rusak.

"Film ini bagus sekali untuk edukasi dan pembelajaran bagi para generasi muda, terutama masyarakat di perkotaan untuk peduli dengan tatanan lingkungan kita, hutan kita dan budaya kita," tutur Jovita Dwijayanti, Runner Up 1 Miss Indonesia 2013, yang dipercaya memerankan tokoh Danum.

Selain Jovita Dwijayanti, film yang akan diputar di layar bioskop pada pertengahan November ini juga dibintangi oleh Raditya Agung Yudhistira, Reiner Manopo, Yati Surachman, Dolly Martin, Helmy Jagar dan Billy Boedjanger.(Gie/Mer)

Jelang Tayang, Pemain 'Danum Baputi' Gelar Aksi Tanam Pohon


Jovita Dwijayanti bersama sejumlah pendukung film 'Danum Baputi' berfoto bersama dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurhayati

Jumat, 21 November 2014, 20:03 WIB


Jovita Dwijayanti bersama sejumlah pendukung film 'Danum Baputi' berfoto bersama dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurhayati
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah pemeran film layar lebar "Danum Baputi (Penjaga Air)" melakukan aksi tanam pohon di Desa Cikeas Udik, Cileungsi, Kabupaten Bogor akhir pekan lalu.
Turut serta dalam acara tersebut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurhayati, pemerhati lingkungan Ully Sigar Rusady dan Kepala Desa Cikeas Udik, Moch Haris.
Jovita Dwijayanti, pemeran utama film "Danum Baputi (Penjaga Air)", mengatakan kegiatan ini memiliki manfaat langsung baik bagi alam juga masyarakat.
"Karena kita bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan," kata dia.
Karena itu ia merasa bangga bisa terlibat dalam aksi tanam pohon. Kegiatan itu menurutnya sejalan dengan misi lingkungan hidup yang ada dalam film.
“Karena film ini punya misi dengan persoalan lingkungan hidup. Makanya saya enjoy and happy untuk ngikuti gaya promo ini. Sebelumnya kita juga gelar aksi bersih Sungai Cisadane,” tutur Runner Up Putri Indonesia 2013 ini.